![]() |
Belajar: Seorang guru sedang mengajar di kelas 5B, di SDN 02 Jurit, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur. |
SELONG, Halamankita.com - Cita-cita pendidikan ialah memanusiakan manusia. Lantaran ia disebut urat nadi pembangunan.
Tak heran pendidikan selalu saja menjadi komoditas politik. Masuk dalam visi misi setiap pemimpin.
Tapi lain tulis, lain yang baca. Praktiknya justru nampak memperihatinkan.
Mulai gaji tenaga pendidik, fasilitas, hingga bangunan sekolah kebanyakan tak terurus. Siswa dan guru diintai kemalangan saat proses belajar berlangsung.
Seperti Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Jurit, Kecamatan Pringgasela. Bangunan yang sudah menua, mulai mengalami keropos.
Atap dan tembok hendak roboh. Beruntung pengelola sekolah berinisiatif menopangnya dengan kayu balok.
"Bangunan SDN 2 Jurit sudah berdiri sekitar 1972 lalu, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan," tutur Kepala Sekolah SDN 2 Jurit, Lalu Suparlan, ditemui awak media, Kamis (17/04).
Hari pertama masuk sekolah usai libur lebaran, ucapnya, langit-langit kelas 5B ambruk, kayu penyangga atapnya patah.
Tak hanya atap, tembok di beberapa ruang kelas juga hampir ambruk. Kondisi ini dapat membahayakan para siswa ketika berada didekat bangunan.
Hal itu membuat pihak sekolah berinisiatif menyangga tembok dengan bambu, dan membatasi areal tersebut dengan bilah bambu agar para siswa tak mendekati bangunan tersebut.
Dia menceritakan, kondisi kerusakan bangunan itu sudah sejak lama. Ditambah lagi dengan guncangan bencana gempa bumi tahun 2018 itu, semakin memperparahnya.
"Saya jadi Kepala Sekolah di sini sejak tahun 2012 memang sudah lapuk saya temukan," tuturnya.
Dikatakannya, pengusulan untuk perbaikan sediri sudah sering kali dilakukan oleh pihak sekolah. Terakhir dilaporkan pada tahun 2024 lalu dan sampai saat ini belum ada tindak lanjut perbaikan.
Dari 12 ruang rombongan belajar, hanya 3 kelas yang layak untuk digunakan oleh siswa. Hanya 3 kelas yang benar-benar layak ditempati.
Sementara ruang kelas yang mengalami kerusakan dan dirasa masih dapat ditempati, terpaksa harus digunakan sementara waktu untuk menampung ratusan siswa yang menimba ilmu di SDN 2 Jurit.
"Ruang kelas yang rusak itu pun terpaksa plafonnya harus ditopang dengan kayu di tengah-tengah bangku para siswa," terangnya
Dia menceritakan, untuk proses belajar dibagi menjadi dua shif. Pagi untuk siswa kelas 1 sampai 3, siang untuk siswa kelas 4 sampai 6.
Sekolah yang masuk dalam kategori sekolah penggerak itu pun diharapkan segera mendapatkan perbaikan.
Sebab, kondisi saat ini sangat membahayakan para siswa maupun guru karena kondisi yang sangat memprihatinkan dan harus segera mendapatkan perbaikan.
“Kita harap pemerintah dapat segera melakukan perbaikan, sebab kondisi saat ini sangat berbahaya sekali bagi siswa dan guru," ujarnya.
"Ruang guru saja plafonnya sudah ambruk dan terpaksa kita topang dengan kayu juga,” imbuhnya.